Pages

Saya Dilamar

Sabtu, 13 Februari 2016


Yang dinanti akhirnya datang juga, tibalah saatnya hari yang ditunggu-tunggu itu. Tidak ada hujan tidak ada angin topan, Riyu tiba-tiba melamar saya, walaupun nggak ada romantis-romantisnya, tapi saya dag-dig dug.

“no, Mama Papa kamu ada rencana kesini nggak?”
“hmm, ada sih akhir Desember ini, tapi belum pasti juga sih. Emangnya kenapa?”
“oo.. gini.. aku langsung aja ya! Kemarin aku pulang ke Rangkas tu sebenarnya ngobrolin soal kita. Mama dan Papa sudah pengen jadiin kamu mantunya. Intinya gitu.. jadi, kita berencana mau ke Padang buat ngelamar kamu”
“ooooo…” masih menyaksikan mulut Riyu yang nggak berhenti bicara.
“tadi aku browsing harga tiket ke Padang itu ternyata mahalll ya? Nah, aku pikir kalau Mama Papa kamu kebetulan kesini, jadi yaudah disini aja ngomongin maksud baik keluarga aku!! Gimana menurut kamu?”
“hmh… kamu ini ngelamar ya?” seolah masih belum percaya.
“menurut kamu gimana? Ini ngelamar atau sekedar mendongeng aja?”
“nih ya aku kasih tau sama kamu, cowok tuh kalau mau ngelamar ceweknya harus romantis. Ajak makan malam kek, kasih surprise kek, atau gimana gitu jangan pas lagi gini.. kaya kita hari-hari biasa, nggak ada yang spesial” sedikit manyun, tapi dalam hati beda.
“nih yang begini nih, kebanyakan nonton video Wedding.. kamu tuh berharap aku ngelamar kamu di tengah-tengah danau ya? Atau loncat dari tebing tinggi? Ya enggaklah.. ngapain. Yang penting aku tau kalau kamu sayang, dan aku juga sayang sama kamu. Dan aku pengen Nikahin kamu. Udah, itu aja. Ini tuh bukan drama Korea no.. jangan lebay deh!”
“tapi nggak gini juga ri….” Masih berdebat dengan gaya lamaran yang romantis.
“udah sih, jawab aja Mama dan Papa kapan kesini?” Riyu mulai bete sama saya yang mulai merengek-rengek.
“iyaa.. nanti aku telpon hari apa kesininya?” tetap sambil manyun jawabnya.
“aku sayang kamu…” Riyu sambil memeluk, dan saya menitikkan air mata.

Harusnya momen ini spesial banget buat aku tuliskan, atau jadi momen yang tidak bisa dilupakan karena terlalu romantisnya. Tapi kenyataannya, ini memang bukan Drama Korea. Jadi, mungkin ini sisi romatis versi Riyu, dan saya bahagia. Walau niat lamaran Riyu ini sempat bikin kita bete-betean, tapi initnya kita tau bahwa kita saling butuh. Tidak akan bisa bertahan lama betenya. Jadi di syukuri saja dengan hari ini. Yeay.. saya dilamar, kawin kawinnn…

Malamnya saya langsung menelepon Mama, untuk menyiarkan kabar yang bahagia ini. Saya langsung membayangkan wajah Mama dan Papa yang berseri-seri dari balik telepon.

            “asalamualaikum Mam..”
            “waalaikumsalam dek, apakabar kamu! Udah jarang nelpon.. sibuk ya dek?”
            “maaf yam Mam, lagi lembur terus.. pulang-pulang udah tidur!”
            “iya nggak apa-apa.. kamu sehat kan?”
            “alhamdulillah Mam..”
“ohiya kebetulan kamu nelpon, Mama mau cerita deh.. semalam Mama mimpi kamu pulang ke Padang. Tapi nggak sendiri, berdua sama cowok, tapi cowoknya bukan kaya Riyu. Kamu baik-baik aja kan sama Riyu?”
“nah itu dia mam, yang mau Nola omongin”
“hah..” Mama kaget, sepertinya memikirkan kalau saya sudah putus denga Riyu.
“tadi siang Riyu nanyain Mama Papa jadi kesini nggak akhir Desember ini?”
“kenapa gitu? Insya Allah jadi. Setelah Anak Murid Mama terima lapor Mama langsung berangkat kesana sama Papa, kan mau Tahun Baruan sama kamu!!”
“Mam…. Nola dilamar Riyu tadi siang…” suaranya agak sedikit bergetar karena tidak bisa menahan rasa senangnya dihati.
“beneran sayang? Alhamdulillah..” dan mama langsung hilang suaranya..
“Mam.. Mam.. masih disana? Mam..” yah sinyalnya langsung hilang.
“dek, kamu dilamar?” tiba-tiba bang Onal menjawab telepon. Ternyata Mama sedang menggilirkan Hp nya kepadan bang Onal dan Papa.
“banggg, adekmu dilamar… sebentar lagi nikah! Udah ikhlas belum adiknya jadi milik orang?”
“hmmm.. dia nya juga udah siap belum minta izin sama Abang?” bag Onal sambil ketawa.
“nak, Papa senang dengarnya, selamat ya!” sekarang giliran Papa yang memegang Hp.
“makasih Pa, Pa.. nola senang banget hari ini!!”
“iya, apalagi kita disini..”
“dek, besok Mama beli tiket ya, Mama mau buru-buru kesana!” Mama langsung merajai Hp nya sekarang. dan sepertinya sedang senang banget.
Saya pikir, punya pacar orang yang bukan keturuan Minang itu adalah perdebatan panjang bagi keluarga. Karena jika menikah, otomatis saya akan stay lebih lama di pulau Jawa dibandingkan Sumatera. Yang intinya, bakalan jarang pulang. Sedangkan, saya sudah diwanti-wanti keluarga dari dulu untuk mengurusi semuanya disana. Jadi, agak sedikit takut kalau saya menikah dengan Riyu pada akhirnya mereka tidak setuju.

Tapi sepertinya waktu sudah berubah, saya tidak tau obrolan dari mulut siapa yang paling berkuasa disana, sehingga cucu perempuan satu-satunya ini dilamar oleh orang seberang, mereka malah senang, bukannya khawatir akan ini dan itu. Mungkin itu tandanya keluarga saya sudah mulai modern kali ya, jadi mengikuti perkembangan Zaman. Atau memang karena kasihan sama saya nggak laku-laku dari dulu, jadi sekalinya laku, udah dipasrahin aja. Ya ampun! Segitunya. Tapi Alhamdulillah aja deh, yang paling penting buat saya hari ini tuh “bahagia sekali”.

***

Sesampainya di Jakarta, Mama dan Papa langsung mengatur rencana untuk pertemuan itu. Kebetulan kami ada keluarga di daerah Bekasi. Anaknya Kakek, dari istri kedua. Karena Mama anak tunggal, nggak punya adik atau kakak lagi, jadi waktu kecil Mama dikenalkan dengan saudara-saudaranya dari istri kedua Kakek. Dan beliau ini salah satunya. Saya memanggilnya dengan sebutan Mak dang juga. Tapi bukan Mak dang yang di Padang, ini Mak dang yang di Bekasi.

Akhir Desember 2015 ini menjadi hari bersejarah buat saya, Riyu, dan keluarga kami. Riyu datang bersama keluarga besarnya, lengkap dengan keponakan-keponakan kecilnya yang lucu.
Hari itu adalah hari minggu, tepatnya jam 11 siang lewat sedikit. Keluarga besar Riyu sampai di rumah Mak dang. Dari pihak Riyu ada 12 Orang yang datang. Digabungkan dengan keluarga saya sekitaran 10 Orang. Jadi, di ruangan ini ada sekitaran 22 Orang dengan wajah yang hampir sama semua, yaitu wajah deg-deg ser… apalagi Riyu.

Kebetulan siang itu saya diberi amanat untuk duduk manis saja diantara Mak dang dan Papa. Cukup berikan senyum manis, walau hati lagi nggak jelas, tetap berikan senyum semanis mungkin, agar Riyu semangat melamar saya, dan nggak berubah pikiran.

Sambil menyimak saut-saut pengantar dari masing-masing keluarga kami, seperti acara rapat RT. Ada kata pengantar sebelum pembukaan acara di mulai. Di dalam hati saya berkata “o.., emangnya ada begini juga ya kalau acara lamaran itu!” kirain dikampung  aja yang kalau ada apa-apa dirapatin dulu, ternyata disini juga. Namanya juga pertama kali, saya hanya menonton dan mendengarkan saja. Setiap patah kata yang di ucapkan oleh Mak dang, dan dijawab oleh pihak keluarga Riyu dengan rangkaian kata yang indah.

“Jika ada keluarga pemuda datang kerumah wanita dengan bermaksud baik dan membawa *patuka tando, tentulah maksud dan tujuannya adalah Meminang sang gadis penghuni Rumah” tutur kata Mak dang yang Minang banget.
“betul sekali bapak, kami disini bermaksud untuk meminang anak gadis Bapak yang sudah membuat anak kami jatuh hati kepadanya” jawaban dari uwaknya Riyu.

Saya seperti sedang menonton film “Tenggelamnya Kapal Van Der Wick” saat Pevita dilamar sama Reza Rahadian. Aduh, lagi-lagi saya membayangkan sebuah film, udah.. udah ini lagi serius.

Cukup lama saut-sautan pantun dari dua keluarga, acara selanjutnya adalah *manakuak hari pernikahan kami nanti. Dari sekian banyak tanggal baik, ada dua tanggal yang menjadi pilihan keluarga kami semua yang ada disini. Yaitu pertengahan bulan Juli tepatnya setelah Hari Raya, dan satu lagi pada awal Sepetember sebelum Lebaran Haji? Keduanya sama-sama tanggal baik, alias pas banget sama Liburan, duh tiket pasti mahal itu, di dalam hati saya.

Ternyata tidak butuh lama untuk menentukan tanggal baiknya, kami semua setuju dengan awal September, yang artinya itu sebelum Lebaran Haji. Dan selesailah sesi Manakauk Harinya. Lanjut kepada sesi *baretong.

Adat Baretong di Minang itu katanya seru banget. Saking serunya bahkan ada lho katanya yang sampai membatalkan lamarannya, hanya gara-gara kedua belah pihak keluarga tidak menyetujui persyaratan masing-masing. Amit..amit.. jangan sampai itu terjadi disini.

Alhamdulillah, sesi baretong berjalan mulus. Mungkin karena Mama dan Papa saya sudah kebelet pengen punya Mantu kali ya, jadi persyaratan apa saja di iya-in aja sama mereka. Atau memang lagi hari baiknya kami semua disini, jadi dilancarkan acaranya dari awal hingga akhir.

Bekasi siang itu menjadi cerah sekali, secerah hati saya, karena telah menjadi saksi penyatuan dua keluarga kami. Dengan sudah di sah-kannya sebuah tanggal baik di *hari baiak dan bulan baiak lalu persyaratan lainnya dengan lancar.

Perasaan saya sangat bahagia, walau sedikit ternoda bahagianya gara-gara memikirkan soal tabungan di ATM ada berapa ya? Karena ketika Tanggal Pernikahan sudah di tetapkan, berarti pintu gerbang yang sesungguhnya telah terbuka. Inilah tujuan yang sebenarnya. Menjalankan Sunnah Rasul kami.

Kedepan pasti akan banyak yang dilewati, katanya aneh-aneh lho persiapan pernikahan itu. Nah saya cukup penasaran. Isu-isu soal pra menikah pasti ada saja, lalu bisik-bisik tetangga sana dan sini, curhatan teman lama, dan nasehat dari Mama Papa dan Calon Mertua akan menjadi bumbu manis asem manis dalam beberapa bulan ke depan. Tapi Insya Allah niat baik ini selalu dilancarkan oleh Allah SWT, aamiin..aamiin yang banyak.

Keterangan bahasa Minang di atas :
Patuka Tando : mempertukarkan tanda ikatan masing-masing, atau cincin tunangan.
Manakuak hari : menentukan waktu kapan niat itu akan di laksanakan.
Baretong : memperembukkan tata cara yang akan di laksanakan dan apa saja penjemputan yang akan di bawa pada saat Pernikahan.
Hari baiak dan bulan baiak : penentuan tanggal yang bagus untuk acara tersebut di laksanakan
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS