Yang
dinanti akhirnya datang juga, tibalah saatnya hari yang ditunggu-tunggu itu.
Tidak ada hujan tidak ada angin topan, Riyu tiba-tiba melamar saya, walaupun
nggak ada romantis-romantisnya, tapi saya dag-dig dug.
“no, Mama Papa kamu ada rencana kesini nggak?”
“hmm, ada sih akhir Desember ini, tapi belum pasti juga sih.
Emangnya kenapa?”
“oo.. gini.. aku langsung aja ya!
Kemarin aku pulang ke Rangkas tu sebenarnya ngobrolin soal kita. Mama dan Papa
sudah pengen jadiin kamu mantunya. Intinya gitu.. jadi, kita berencana mau ke
Padang buat ngelamar kamu”
“ooooo…” masih menyaksikan mulut Riyu yang nggak berhenti
bicara.
“tadi aku browsing harga tiket ke
Padang itu ternyata mahalll ya? Nah, aku pikir kalau Mama Papa kamu kebetulan
kesini, jadi yaudah disini aja ngomongin maksud baik keluarga aku!! Gimana
menurut kamu?”
“hmh… kamu ini ngelamar ya?” seolah
masih belum percaya.
“menurut kamu gimana? Ini ngelamar atau sekedar mendongeng
aja?”
“nih ya aku kasih tau sama kamu,
cowok tuh kalau mau ngelamar ceweknya harus romantis. Ajak makan malam kek,
kasih surprise kek, atau gimana gitu jangan pas lagi gini.. kaya kita hari-hari
biasa, nggak ada yang spesial” sedikit manyun, tapi dalam hati beda.
“nih yang begini nih, kebanyakan
nonton video Wedding.. kamu tuh
berharap aku ngelamar kamu di tengah-tengah danau ya? Atau loncat dari tebing
tinggi? Ya enggaklah.. ngapain. Yang penting aku tau kalau kamu sayang, dan aku
juga sayang sama kamu. Dan aku pengen Nikahin kamu. Udah, itu aja. Ini tuh
bukan drama Korea no.. jangan lebay deh!”
“tapi nggak gini juga ri….” Masih
berdebat dengan gaya lamaran yang romantis.
“udah sih, jawab aja Mama dan Papa
kapan kesini?” Riyu mulai bete sama saya yang mulai merengek-rengek.
“iyaa.. nanti aku telpon hari apa
kesininya?” tetap sambil manyun jawabnya.
“aku sayang kamu…” Riyu sambil
memeluk, dan saya menitikkan air mata.
Harusnya
momen ini spesial banget buat aku tuliskan, atau jadi momen yang tidak bisa
dilupakan karena terlalu romantisnya. Tapi kenyataannya, ini memang bukan Drama
Korea. Jadi, mungkin ini sisi romatis versi Riyu, dan saya bahagia. Walau niat
lamaran Riyu ini sempat bikin kita bete-betean, tapi initnya kita tau bahwa
kita saling butuh. Tidak akan bisa bertahan lama betenya. Jadi di syukuri saja
dengan hari ini. Yeay.. saya dilamar, kawin kawinnn…
Malamnya
saya langsung menelepon Mama, untuk menyiarkan kabar yang bahagia ini. Saya
langsung membayangkan wajah Mama dan Papa yang berseri-seri dari balik telepon.
“asalamualaikum Mam..”
“waalaikumsalam dek, apakabar kamu!
Udah jarang nelpon.. sibuk ya dek?”
“maaf yam Mam, lagi lembur terus..
pulang-pulang udah tidur!”
“iya nggak apa-apa.. kamu sehat
kan?”
“alhamdulillah Mam..”
“ohiya kebetulan kamu nelpon, Mama
mau cerita deh.. semalam Mama mimpi kamu pulang ke Padang. Tapi nggak sendiri,
berdua sama cowok, tapi cowoknya bukan kaya Riyu. Kamu baik-baik aja kan sama
Riyu?”
“nah itu dia mam, yang mau Nola
omongin”
“hah..” Mama kaget, sepertinya
memikirkan kalau saya sudah putus denga Riyu.
“tadi siang Riyu nanyain Mama Papa
jadi kesini nggak akhir Desember ini?”
“kenapa gitu? Insya Allah jadi.
Setelah Anak Murid Mama terima lapor Mama langsung berangkat kesana sama Papa,
kan mau Tahun Baruan sama kamu!!”
“Mam…. Nola dilamar Riyu tadi
siang…” suaranya agak sedikit bergetar karena tidak bisa menahan rasa senangnya
dihati.
“beneran sayang? Alhamdulillah..”
dan mama langsung hilang suaranya..
“Mam.. Mam.. masih disana? Mam..”
yah sinyalnya langsung hilang.
“dek, kamu dilamar?” tiba-tiba bang
Onal menjawab telepon. Ternyata Mama sedang menggilirkan Hp nya kepadan bang
Onal dan Papa.
“banggg, adekmu dilamar… sebentar
lagi nikah! Udah ikhlas belum adiknya jadi milik orang?”
“hmmm.. dia nya juga udah siap belum
minta izin sama Abang?” bag Onal sambil ketawa.
“nak, Papa senang dengarnya, selamat
ya!” sekarang giliran Papa yang memegang Hp.
“makasih Pa, Pa.. nola senang banget
hari ini!!”
“iya, apalagi kita disini..”
“dek, besok Mama beli tiket ya, Mama
mau buru-buru kesana!” Mama langsung merajai Hp nya sekarang. dan sepertinya
sedang senang banget.
Saya
pikir, punya pacar orang yang bukan keturuan Minang itu adalah perdebatan
panjang bagi keluarga. Karena jika menikah, otomatis saya akan stay lebih lama di pulau Jawa
dibandingkan Sumatera. Yang intinya, bakalan jarang pulang. Sedangkan, saya
sudah diwanti-wanti keluarga dari dulu untuk mengurusi semuanya disana. Jadi,
agak sedikit takut kalau saya menikah dengan Riyu pada akhirnya mereka tidak setuju.
Tapi
sepertinya waktu sudah berubah, saya tidak tau obrolan dari mulut siapa yang
paling berkuasa disana, sehingga cucu perempuan satu-satunya ini dilamar oleh
orang seberang, mereka malah senang, bukannya khawatir akan ini dan itu.
Mungkin itu tandanya keluarga saya sudah mulai modern kali ya, jadi mengikuti
perkembangan Zaman. Atau memang karena kasihan sama saya nggak laku-laku dari
dulu, jadi sekalinya laku, udah dipasrahin aja. Ya ampun! Segitunya. Tapi
Alhamdulillah aja deh, yang paling penting buat saya hari ini tuh “bahagia
sekali”.
***
Sesampainya
di Jakarta, Mama dan Papa langsung mengatur rencana untuk pertemuan itu.
Kebetulan kami ada keluarga di daerah Bekasi. Anaknya Kakek, dari istri kedua.
Karena Mama anak tunggal, nggak punya adik atau kakak lagi, jadi waktu kecil
Mama dikenalkan dengan saudara-saudaranya dari istri kedua Kakek. Dan beliau
ini salah satunya. Saya memanggilnya dengan sebutan Mak dang juga. Tapi bukan
Mak dang yang di Padang, ini Mak dang yang di Bekasi.
Akhir
Desember 2015 ini menjadi hari bersejarah buat saya, Riyu, dan keluarga kami. Riyu
datang bersama keluarga besarnya, lengkap dengan keponakan-keponakan kecilnya
yang lucu.
Hari
itu adalah hari minggu, tepatnya jam 11 siang lewat sedikit. Keluarga besar
Riyu sampai di rumah Mak dang. Dari pihak Riyu ada 12 Orang yang datang.
Digabungkan dengan keluarga saya sekitaran 10 Orang. Jadi, di ruangan ini ada
sekitaran 22 Orang dengan wajah yang hampir sama semua, yaitu wajah deg-deg
ser… apalagi Riyu.
Kebetulan
siang itu saya diberi amanat untuk duduk manis saja diantara Mak dang dan Papa.
Cukup berikan senyum manis, walau hati lagi nggak jelas, tetap berikan senyum
semanis mungkin, agar Riyu semangat melamar saya, dan nggak berubah pikiran.
Sambil
menyimak saut-saut pengantar dari masing-masing keluarga kami, seperti acara
rapat RT. Ada kata pengantar sebelum pembukaan acara di mulai. Di dalam hati
saya berkata “o.., emangnya ada begini juga ya kalau acara lamaran itu!” kirain
dikampung aja yang kalau ada apa-apa
dirapatin dulu, ternyata disini juga. Namanya juga pertama kali, saya hanya
menonton dan mendengarkan saja. Setiap patah kata yang di ucapkan oleh Mak dang,
dan dijawab oleh pihak keluarga Riyu dengan rangkaian kata yang indah.
“Jika ada keluarga pemuda datang
kerumah wanita dengan bermaksud baik dan membawa *patuka tando, tentulah maksud dan tujuannya adalah Meminang sang
gadis penghuni Rumah” tutur kata Mak dang yang Minang banget.
“betul sekali bapak, kami disini
bermaksud untuk meminang anak gadis Bapak yang sudah membuat anak kami jatuh
hati kepadanya” jawaban dari uwaknya Riyu.
Saya
seperti sedang menonton film “Tenggelamnya Kapal Van Der Wick” saat Pevita
dilamar sama Reza Rahadian. Aduh, lagi-lagi saya membayangkan sebuah film,
udah.. udah ini lagi serius.
Cukup
lama saut-sautan pantun dari dua keluarga, acara selanjutnya adalah *manakuak hari pernikahan kami nanti. Dari
sekian banyak tanggal baik, ada dua tanggal yang menjadi pilihan keluarga kami
semua yang ada disini. Yaitu pertengahan bulan Juli tepatnya setelah Hari Raya,
dan satu lagi pada awal Sepetember sebelum Lebaran Haji? Keduanya sama-sama
tanggal baik, alias pas banget sama Liburan, duh tiket pasti mahal itu, di
dalam hati saya.
Ternyata
tidak butuh lama untuk menentukan tanggal baiknya, kami semua setuju dengan
awal September, yang artinya itu sebelum Lebaran Haji. Dan selesailah sesi
Manakauk Harinya. Lanjut kepada sesi *baretong.
Adat
Baretong di Minang itu katanya seru banget. Saking serunya bahkan ada lho
katanya yang sampai membatalkan lamarannya, hanya gara-gara kedua belah pihak
keluarga tidak menyetujui persyaratan masing-masing. Amit..amit.. jangan sampai
itu terjadi disini.
Alhamdulillah,
sesi baretong berjalan mulus. Mungkin karena Mama dan Papa saya sudah kebelet
pengen punya Mantu kali ya, jadi persyaratan apa saja di iya-in aja sama mereka.
Atau memang lagi hari baiknya kami semua disini, jadi dilancarkan acaranya dari
awal hingga akhir.
Bekasi
siang itu menjadi cerah sekali, secerah hati saya, karena telah menjadi saksi
penyatuan dua keluarga kami. Dengan sudah di sah-kannya sebuah tanggal baik di *hari baiak dan bulan baiak lalu
persyaratan lainnya dengan lancar.
Perasaan
saya sangat bahagia, walau sedikit ternoda bahagianya gara-gara memikirkan soal
tabungan di ATM ada berapa ya? Karena ketika Tanggal Pernikahan sudah di tetapkan,
berarti pintu gerbang yang sesungguhnya telah terbuka. Inilah tujuan yang
sebenarnya. Menjalankan Sunnah Rasul kami.
Kedepan
pasti akan banyak yang dilewati, katanya aneh-aneh lho persiapan pernikahan
itu. Nah saya cukup penasaran. Isu-isu soal pra menikah pasti ada saja, lalu
bisik-bisik tetangga sana dan sini, curhatan teman lama, dan nasehat dari Mama
Papa dan Calon Mertua akan menjadi bumbu manis asem manis dalam beberapa bulan
ke depan. Tapi Insya Allah niat baik ini selalu dilancarkan oleh Allah SWT,
aamiin..aamiin yang banyak.
Keterangan bahasa Minang di atas :
Patuka Tando : mempertukarkan tanda ikatan
masing-masing, atau cincin tunangan.
Manakuak hari : menentukan waktu kapan niat itu
akan di laksanakan.
Baretong : memperembukkan tata cara yang
akan di laksanakan dan apa saja penjemputan yang akan di bawa pada saat Pernikahan.
Hari baiak dan bulan baiak : penentuan tanggal yang bagus untuk acara
tersebut di laksanakan